Rabu, 04 Januari 2012

Bodoh atau Pintar

Selamat jumpa lagi kawan-kawan semua sebangsa dan setanah air di manapun Anda berada. Kali ini saya bahas sesuatu yang agak rahasia. Rahasia warisan ilmu dari orang tua jaman dulu kala. Yaitu ilmu menerawang ciri-ciri orang pandai dan orang bodoh dilihat dari namanya.

Ingat, jangan percaya deh kata sastrawan William Shakespiere dari Inggris bahwa nama tidak punya arti. Di sini akan saya buktikan bahwa nama punya arti. Khususnya makna dan isarat tingkat kecerdasan Anda.

“Pilihan Nama adalah bagian gaya hidup dan mencerminkan siapa pemiliknya…” CATEEET!

Tapi sebelumnya saya mohon maaf dan mohon ampun bila Anda kecewa atau sakit hati karena postingan ini. Bersyukurlah bila nama Anda masuk daftar ciri-ciri orang pandai. Pertahankanlah dan jagalah nama Anda baik baik sampai akhir hayat.

Dan hendaklah bertobatlah bila nama Anda masuk daftar ciri-ciri orang bodoh. Segera ganti nama Anda agar kebodohan tidak mengintili Anda seumur hidup. Setelah ganti nama Anda maka bersyukurlah.

++
CIRI CIRI ORANG PANDAI yaitu bila di dalam namanya mengandung huruf “P, A, N, D, A, I”. Contohnya adalah orang yang bernama Puji, Amir, Nunung, David, Isabella, Nunik, Andee, Danang, Herry, Kolis, Hamzet, Dwi, Alia, Sanchai, Budi, Muna, Hawa, Issaura, Rafiqoh, dll.

Manusia siapapun pemilik nama nama tsb DIJAMIN PANDAI…. bila mau sekolah dan belajar dari kesalahan.
++

CIRI CIRI ORANG BODOH yaitu bila di dalam namanya mengandung huruf “B, O, D, O, H”. Contohnya adalah orang yang bernama Badak, Onta, Domba, Hewan, Babi, Orong-Orong.

Manusia Siapapun pemilik nama nama tsb DIJAMIN BODOH… Lha wong banyak nama koq pilih nama hewan, wkwkwkwk.
++

Cukup sekian ceramah budaya saya kali ini di Istana Negara. Tolong Bapak Presiden dan wakil beserta rombongan berdiri untuk memberikan standing applause kepada saya. Tolong petugas protokoler dan Liason Officer jangan lupa AMPLOP untuk biaya khotbah saya. Anter saya pulang ke rumah ya. Oh, ya jangan lupa isiin pulsa HP saya.

Sampai jumpa lagi lain waktu dengan saya, Ayurie Aisyah Syalehah Syalalallaa... Hehehe.

Selasa, 03 Januari 2012

Masjid Andalusia


WANITA

kepada kau pria yang mencampakkan wanita
berlarilah kau keujung dunia
tiada kan kau teguk bahagia
karena  wanita seumpama telaga
tempat pereda segala dahaga
wanita adalah permata
rahimnya adalah cahaya
matanya adalah mutiara
dan hatinya adalah surga
....

Senin, 02 Januari 2012

Anak kecil membaca hapalan surah waqiah 1 -16.flv

Searching for "Pangeran"


 Oleh. Ayurisya Dominata

Aku tidak tahu keberadaanku di kota  Jakarta ini untuk apa. Aku lulus kuliah, kemudian aku mencoba-coba beberapa ujian masuk kerja yang ada di Jakarta. Gambling saja. Ah kalau membayangkan betapa susahnya aku melamar-lamar  kerja  dulu. Aku merasa masih  tidak percaya aku sudah berdiri disini di kantor ini. Seperti mimpi  rasanya. Satu tahun lalu aku masih berlari-lari mengejar nara sumber di sebuah kampung nun jauh disana. Aku terjatuh dijalanan berbatu dengan motorku. Aku sakit. Aku kesepian. Aku mengetik berita sampai pulang malam. Tidak ada yang peduli. Menjalani pekerjaan yang not recommended dilakoni wanita berkerudung sepertiku. Menjadi wartawan. Tapi Allah Swt memang maha penyayang dan maha membolak-balikkan keadaan. Sekarang pekerjaanku jauh lebih baik, meskipun dari sisi penghasilan sama saja. Tapi paling tidak jam kerja tidak menghianati jika aku ingin menikah nanti.

Aku heran, benar, aku merasa heran. Kadang aku merasa sedikit aneh. Kenapa aku bisa berada disini. Nasib???  Benar. Jika ada yang mau dijadikan alasan keberadaanku disini jawaban yang paling tepat cuma itu, nasib. Tapi cuma itukah alasan tuhan membawaku sampai sejauh ini, kepulau yang aku sendiri tidak tahu mengapa bisa bercengkrama dengannya. Kalau ditanya hatiku  ingin apa, jawabannya cuma satu, aku ingin pulang, kumpul bersama adik-adik dan keluargaku. Masak dan mencuci piring didapur rumah kami yang sederhana. Jika sore aku membakar sampah dihalaman depan rumah yang seperti tidak ada habis-habisnya itu, tapi aku suka. Nonton televisi bersama adik-adikku jika malam. Kebahagiaan yang tidak tergantikan dengan apapun. Tapi aku sudah berada disini, pada situasi yang tidak memungkinkan aku untuk pulang. Entahlah semua tiba-tiba secara bersamaan mengkondisikan aku untuk tetap berada disini. Institusi tempat ku bekerja misalnya, institusi yang tidak ada cabangnya di kota kelahiranku, Palembang. Seperti ada yang menahanku disini. Itu yang masih kucari sampai saat ini.
***
Aku terbangun lagi malam ini dan melihat wajah sendu almarhumah Mamaku yang begitu ingin kuraih,  tapi tak sampai-sampai.  Ia kerap datang jika aku sedang lelah. Ia tersenyum dalam mimpi. Senyum yang membuatku selalu merasa bersalah jika mengingatnya. Senyum pada hari-hari terakhir sebelum kepergiannya. Untuk selamanya.  Ah jika sudah begini kepalaku jadi pusing. Berat dan tak ada lagi yang kupikirkan di kepalaku selain pulang. Untuk apa aku berada disini jika keluargaku tercerai berai. Mamaku sudah tiada, kini aku terpisah pula dengan adik-adikku yang masih kecil-kecil, belum pula mengenal dunia. Kadang kuberfikir kejam sekali aku ini sebagai Kk meninggalkan begitu saja mereka dalam ketidakmengertiannya akan hidup. Itulah pikiran yang selalu menjadi alasanku untuk pulang. Tapi takdir bicara lain. Lihat aku masih saja disini, bukan disana. Ada apa.
***


Seorang pria datang menggunakan pakaian putih Ia duduk disebelahku dan memberikan setangkai bunga.
“Selamat pagi cantik, ini bunga untukmu..
Aku lemah, hatiku sendu terlalu letih untuk melihat kearahnya. Jadinya  aku hanya diam, kepalaku menunduk kearah ubin putih dilantai. Kulihat ada bayangan dilantai itu, bayangan senyum almarhumah mamaku, bayangan adik-adiku yang masih kecil-kecil dan memanggilku. Bayangan papaku yang begitu bersemangat menghidupi kami. Tidak pernah lelah ia bekerja, Ia selalu tersenyum dan justru itu aku bertambah pilu. Ia selalu menyemangatiku apapun itu. Baginya aku adalah bidadarinya yang apapun itu benar. Apapun itu baik.

***
Aku terbangun saat azan subuh berkumandang.
Aku bermimpi lagi malam ini. Seorang laki-laki berpakaian putih datang membawa bunga kemudian memberikannya kepadaku. Kemudian Ia tersenyum, kemudian Ia pergi.  
Kuhitung sudah tiga kali aku bermimpi hal yang sama. Apakah ini artinya umurku tidak panjang lagi. Siapa dia. Berpakaian putih. Apakah dia malaikat. Malaikat cinta? Atau malaikat maut?. Jika dalam mimpi aku tak begitu jelas melihat wajahnya, namun kehadirannya kurasakan begitu nyata. Ia terasa begitu dekat. Jika aku sedang bermimpi dengannya entah mengapa hatiku merasa tenang. Tapi aku tidak kenal siapa dia. Karena wajahnya tidak terlihat jelas dalam mimpi.

***

“Assalamualaikum..
“Waalaikumsalam..
“Jangan bersedih,  Ini untukmu..
“Terima kasih.
“Kau siapa?
“Aku pangeranmu.
“Pangeran??
“Ya, cari aku.
“Mencarimu? Untuk apa?
“Aku punya bulan”
“Bulan??  Untuk apa aku bulan?

 Untuk apa aku bulan…untuk apa aku bulan… untuk apa aku bulan….

Kriiiiiiingggg!!!
Suara nada sms masuk membangunkanku pukul  02.00 dini hari
Kubuka handphone.
“Hadiri dan Meriahkan Reuni Akbar antar Manusia. Satu Sekolah atau tidak Sekolah tetap ikut. Alumni dari angkatan nabi Adam sampai akhir zaman. Acara akan berlangsung pada hari Kiamat. Jam, Waullahualam. Tempat, Aula Padang Mahsyar. Acara ini akan dihadiri langsung oleh Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Tidak perlu rapi yang penting bawa bekal amal yang banyak. Hal ini guna membahas  liburan kedua tempat yakni, Surga dan Neraka. Demikian kami ucapkan terima kasih.”

“Deg!  Hatiku diliputi perasaan aneh. Ah ada-ada saja anak pengajian itu. Mereka selalu punya cara untuk membuat kita merasa bersalah dengan sms-nya. Membuat kita berfikir keras agar beriman dan Istiqomah. Dikit memang tapi dalem. Dan itu cukup efektif. Dan jujur aku suka. Ada semacam hentakan yang menantang untuk kita berbuat lebih baik. Terima kasih teman. Kadang ku tak ingat lagi siapa teman-teman yang suka mengirimkan sms itu. Teman-teman pengajian di kampus dulu. Takjub aku mereka masih mengingatku. Takjub aku mereka senantiasa Istiqomah melakukan gerakan dakwahnya. Sangat militan dan elegan caranya menurutku. Siapa coba yang tidak berfikir tobat jika tengah malam seperti ini  membaca sms seperti itu. Kalau tidak kuat mental bisa pingsan. Dasar kalian.

***
Aku kadang merasa amat sangat rindu dengan almarhumah mamaku. Maka jika sudah begitu aku suka menangis sendirian sampai larut malam. Biasanya aku tertidur dilantai dan pada saat itulah aku suka bermimpi. Mimpi yang aneh-aneh. Kadang kumendengar suara wanita menangis. Kadang kumelihat senyum sendu almarhum ibuku dan kadang aku melihat pangeran dengan bunga itu. Entah dia pangeran atau bukan. Tapi aku menyebutnya pangeran saja.

Sulit bagiku untuk berfikir menikah saat ini. Terlalu banyak hal yang kupikirkan dikepalaku. Bagaimana jika, bagaimana nanti. Bagaimana dan bagaimana. Kulihat satu persatu temanku menikah meninggalkanku. Hampir tiap minggu ada saja undangan datang kerumahku atau kekantorku dan itu  bukan undangan ulang tahun  atau undangan sunatan yang seperti masa kecil sering kami hadiri. Itu undangan pernikahan. Gamang aku memikirkannya. Jika sudah begini aku rasanya ingin lari saja.



***
“ Ris biodatanya mana?” kemarin nggak jadi ngirim via email? Kok saya cek nggak ada?”
“Oiya bu..hehehe, masih disiapkan.
“Baiklah nanti minggu depan jangan lupa ya”.
“Insyaallah bu..

Sudah tiga kali, ibu Nina, Murrabi yang setiap minggu membimbing kami halaqoh meminta biodataku. Aku diantara gugup, ragu, dan takut. Benar saja, begitu biodata itu kuserahkan mungkin bulan depan aku sudah menjadi pengantin didepan pelaminan. Dalam sistem halaqoh adalah gampang mencari jodoh. Kita tinggal menyerahkan biodata saja, Mr (Murrabi) kita yang akan mencarikan. Begitu cocok langsung menikah. Dan pasangan yang kita dapatkan juga biasanya baik bahkan jauh diatas rata-rata karena mereka adalah pangeran-pangeran yang telah mengikuti pengajian sejak lama. Yang niatnya menikah untuk dakwah dan Allah semata. Jadi minimal bagaimanapun kekurangan kita mereka bisa mengerti. Karena tidak semata-mata dunia yang mereka inginkan dari kita. Menikah bagi mereka bagai beramal saja. Semakin tenanglah hati kita para istri. Soal berat badan dan jerawat tidak akan terlalu dipersoalkan oleh mereka, yang penting hafalan kita banyak.
 Umumnya berdasarkan pengalaman lebih kecil kemungkinan kita para istri yang mendapatkan jodoh dengan sistem ini akan dizalimi.  Ini pengalaman teman-temanku, bukan pengalamanku, aku bisa berkata begini karena mengutip informasi dari mereka. Aku sendiri belum pernah merasakannya, kalian kan tahu aku belum menikah.
***


Kalau ada suatu rencana biasanya aku inginnya cepat-cepat melakukannya. Cepat-cepat menyelesaikannya. Tapi entah mengapa soal biodata ini aku rasanya berat sekali. Ada yang masih mengganjal hatiku. Sebuah batu bata besar yang tidak akan tergeser hanya dengan dorongan tangan.

***
Sebuah surat  masuk ke inbox  emailku :

“Assalamualaikum Ukhti, perkenalkan nama saya Al hadi Kurniawan, saya adalah teman satu angkatanmu yang ditempatkan di Subang, kamu ingat kan, waktu orientasi saya anak kelas C, sebelahan dengan kelas B, kelas mu. Maaf sebelumnya jika kedatangan surat ini mengagetkanmu, saya mendengar dari teman kantor saya, Mbak Eda,  anti sedang mencari calon, afwan jika tidak keberatan ane berniat melanjutkan ke tahap selanjutnya untuk taaruf…Wassalam

Deg! Perasaan aneh timbul tiba-tiba. Seketika aku membayangkan arak-arakan janur kuning. Orang-orang ramai lalu lalang dirumahku. Tarub dan panggung didepan halaman rumah kami. Tapi bukannya aku senang aku justru merasakan takut. Perasaan takut yang aneh. Takut menghianati seseorang yang sosoknya pun bahkan tidak kukenal.  Sekejap aku merasa seperti  seorang istri yang berselingkuh. Apa apaan ini, aku kan belum menikah. Mengapa aku harus merasa berselingkuh. Bukankah aku adalah wanita lajang yang berada pada masa signifikan untuk menikah. Ah aku kadang merasa diriku ini ada ada saja.


***
Pukul 02.00

“kamu jangan pergi…
“nggak tenang saja aku cuma mau ke hutan memetik bunga untukmu, nanti aku akan kembali”
“nanti kamu nggak kembali bagaimana?
“aku pasti kembali, tunggu saja…
“jangan…jangan pergi…nanti saja…
“tenang jangan cengeng aku pasti kembali…
“huuuuu…huuuu…huu..huuu..
….

“Hufff…ada air. Aku bangkit tiba-tiba. Astagfirllahulazim…aku bermimpi lagi…
Kuraba pipiku benar-benar basah oleh air mata.
Tiba-tiba hatiku merasa sepi..sepii sekali. Hiks, Aku merasa ingin marah padahal kan aku cuma bermimpi…kenapa brengsek itu pergi. Hiks..kenapa dia harus datang ujuk-ujuk ngasih bunga trus pergi lagi. Seenaknya saja bilang mau cari bunga lagi. Aku kan nggak butuh bunga. Aku butuh dia, bukan bunga. Kurang ajar. Kenapa dia seenaknya datang-datang kemimpiku. Masuk dan membuatku menangis segala.  Kenapa aku ini. Siapa sih dia lelaki sok pangeran ini.  Yang telah bermain-main dalam mimpiku. Hampir setiap minggu ada saja dia datang dalam mimpiku.
Kadang aku berfikir positif saja, mungkin dia malaikat yang diutus tuhan untuk menghibur hatiku yang sedih. Malaikat penghibur orang-orang perantauan khususnya gadis-gadis baik dan cantik sepertiku yang terpisah jauh dari keluarganya. Begitu pikirku. Kesimpulan semauku. Boleh kan, lha wong aku yang punya mimpi. Bebaslah aku mau mengaturnya bagaimana.

***
Aku berjalan menyusuri jalanan aspal yang sepi. Sendirian. Dikiri kanan jalan berjejer pohon-pohon beringin tua yang rimbun. Menenangkan pikiran siapa saja yang melihatnya. Sesaat aku merasa senang berada disini. Aku sedang mencari sebuah Sekretariat  LPO (Lembaga Pers Online) yang katanya disekitar sini. Aku berniat hadir dalam acara peringatan satu tahun terbentuknya komunitas kepenulisan ini. Komunitas aneh yang terbentuk secara online. Mengalir saja. Berangkat dari hobi masing-masing membernya yang suka menulis didunia cyber. Kami sepakat membentuk organisasi dan kini kami akan bertemu, setelah sekian lama kami hanya berkomunikasi melalui dunia maya. Tapi tunggu. Kurasakan degub kencang dijantungku. Aku lupa, aku kan ada kecengan didunia maya yang akan kutemui disini. Kok aku nyantai-nyatai saja berjalan kesana. Tidak tau malu, pikirku dalam hati. Kenapa kau datang kesini nona. Ah susah aku menjawabnya. Memang kenapa aku kan mau berorganisasi disini, niatku baik ingin belajar dan menambah ilmu.  Niatku ingin bersilaturahim. Ceiii..yakin? silaturahim atau silaturahim. Brengsek! diam kau suara gila…

***
Aku masuk kesebuah bangunan tua yang cukup luas. Aku aneh memandang ruangan ini, lantainya masih tradisional terbuat dari kayu. Aku masuk kedalam ketika kudengar orang berteriak masuk. Trak trak lantai berbunyi ketika diinjak kakiku yang gendut. Tidak gendut sih sebetulnya. Aku saja yang menggendut-gendutkan biar terkesan dramatis.

Aku masuk kedalam dimana sudah ada dua puluhan orang duduk melingkar dilantai sambil mendengarkan seorang pemuda yang sedang memberikan semacam pengarahan. Mereka tiba-tiba terdiam melihat kedatanganku. Aku datang cuek saja. Aku tak ingat aku datang terlambat dan mengganggu mereka.  Tapi pemuda si pengarah itu kelihatannya tidak marah, ia malah menatapku serius kemudian tersenyum. Aku aneh ketika ia tersenyum lebar sekali. Mengingatkanku akan kuda. Baiklah kita tidak akan membahas itu disini. Aku sempat berfikir mungkinkah laki-laki ini pangeran yang sering hadir dalam mimpiku. Maklum kalian kan tau aku sedang mencari pangeranku. Tapi  tidak tidak, pangeranku tidak tersenyum selebar itu.

Aku melihat mengitari ruangan kearah orang-orang yang ada dihadapanku. Ah, tidak ada yang menarik. Mereka jelek semua. Hahaha. Pokoknya dilihat dari wajahnya aku merasa saja kalau mereka kalau diajak ngobrol pasti membosankan. Apa hubungannya jelek sama membosankan. Ada. Kalau orang membosankan pasti  jelek, paling tidak terlihat jelek dipikiran. Tapi kalau mereka kreatif akan jadi ganteng atau cantik, meskipun biasa saja. 

Acara hampir usai ketika pertanyaan terakhir yang diajukan peserta selesai dijawab. Sementara aku hampir saja ences keluar dari mulutku saking enaknya aku setengah tertidur dipojok ruangan. Bersandar pada dinding yang tadi kulihat warnanya kusam. Terserah saja yang penting kepalaku enak bersandar padanya. Aku terkaget ketika tiba-tiba pemuda bersenyum kuda itu memanggil namaku.

“nona Bidadari ada pertanyaan?? Dengan sedikit memaksa dia bertanya tiba-tiba.
“Sial, tau dari mana dia namaku..
“Ti..tidaakk mas..jawabku tergugup…
“hahaahahahaha…seketika seisi ruangan pecah oleh tawa..
kurang ajar dia mengerjaiku.
“gimana enak tidurnya? Katanya kemudian.
Hahahahaha…orang-orang masih lanjut tertawa sambil  membubarkan diri.
“Demikianlah pertemuan kita hari ini, sampai bertemu lagi bulan depan. ..

***

Aku bangkit dari duduk dengan malas-malasan. Oh, aku lupa aku kan janji ketemu dengan teman chattingku. Gogo, ya Gogo namanya. Kayak nama es saja.
Kukitari ruangan tidak ada orang yang kira-kira bernama Gogo. Maksudku aku mengira-ngira sendiri, bukannya bertanya. Kalian tahu aku malas bertanya. Merepotkan. Tapi dugaanku  temanku yang bernama Gogo ini pasti oranya gendut, jelek minta ampun, dan keriting. Kenapa? ya karena aku suka saja membayangkan dari namanya begitu.

“Hei…
“Bidadari ya?
“Kamu?
“Ya, aku Gogo..
“Gogo??? Kamu kok..kok…kurus sih?
“Ya iyalah kamu pikir apa? Ganteng pula kan?
“Hah…kok dia menyalib aku duluan dalam bernazizisme..itu kan wilayahku.
Untuk kali ini aku tidak bisa menjawab.

Kutimbang-timbang ini bukan ya Pangeranku, yang sering datang dalam mimpiku. Tapi tidak tidak, bukan dia orangnya. Karena aku merasa pangeran dalam mimpiku itu tidak senarsis ini. Dia tenang dan lembut. Dia selalu membawa nuansa ketenangan dalam hatiku ketika melihatnya. Dan satu lagi dia memakai baju koko.
Ah aku lelah. Setelah ngobrol ngarul ngidul nggak jelas juntrungan dengannya kami memutuskan pulang. Tapi sebelum pulang, aku menatap kepojok ruangan. Kulihat didekat jendela ada seorang laki-laki sedang membaca buku. Wajahnya tidak kelihatan. Rambutnya agak panjang sehingga wajahnya tertutup oleh rambut itu. aku berjalan mendekatinya. Masih sekitar 5 meter aku menujunya, tiba-tiba ia menoleh. Dan dueeer..jantungku rasanya mau copot. Ketika kulihat Di… di..dia mirip pangeran..yang suka bawa bunga..dalam… dalam mimpi..tiba tiba aku merasa seperti dalam mimpi mimpiku yang dimana dihatiku seperti ada benang benang halus..lama aku terdiam. Tapi melihatku kaget. Dia malah heran kemudian menutup bukunya, memasukkan dalam tasnya yang kumal. Bangkit dan meninggalkanku dalam diam.

“hei tunggu..
“terlambat dia sudah pergi..

***
Hari-hari kulalui dengan kekotoran hati. Berkas-berkas menumpuk diatas mejaku tidak kukerjakan. Kubiarkan saja semuanya begitu. Aku merasa hina. Bagaimana tidak. Sepanjang hari kini isi otakku adalah wajah pangeran pembawa bunga yang kemarin kutemui di LPO. Aku menyesal tidak sempat mencari tahu siapa namanya. Kurang ajar dia meninggalkanku seenaknya. Tapi aku bertekad akan kucari tahu dia. Lihat saja nanti. Kudengar dari suara langit dia bertempat tinggal di Jakarta. Disebuah apartemen kecil di daerah Gatot Subroto.

Tapi tidak ada yang benar-benar tahu siapa namanya. Dia jarang bicara dengan orang-orang. Orang hanya sering melihat beberapa kesempatan saja. Tapi tidak ada yang benar-benar tahu. Cuma aku yang benar-benar tahu dia. Itupun dalam mimpiku.

Berlembar-lembar proposal lamaran pernikahan masuk ke Boxku. Tapi semua kubiarkan begitu saja. Aku masih ingin mencarinya. Pangeran pembawa bunga yang sering hadir dalam mimpiku. Entah dimana dia sekarang. Yang pasti aku bisa berharap kami bertemu satu bulan lagi ketika kami bertemu di pertemuan selanjutnya komunitas kami. Tapi apakah dia akan datang. Tidak ada yang bisa memastikan. Kita lihat saja nanti.  (Ay)



Ayurie, Cibinong Science Center, Januari 2011. (1 Tahun yang lalu)

Minggu, 01 Januari 2012

Toy

By. Ayurisya Dominata

Punya suami anak Mapala memang makan hati. Mau jalan ke Mall dia nggak suka. Minta dijemput katanya manja. Dandan sedikit katanya ”menor”, ”Mau kondangan kemana ni bu?” Gitu deh komentarnya. Minta diajak shopping-shopping katanya bertentangan dengan idealismenya. Buang kulit Aira sembarangan diomelin. Makan diresto mahal, kataya pemborosan. Endingnya, makan dikedai-kedai belel deh, depan trotoar.

Bukan Toyib namanya kalau banyak bicara. Diajak ngobrol, jawabannya cuma seupil. Dikit banget. Sok-sok cool gitu deh.  Mandi cukup satu kali dalam satu minggu, keramas dua bulan sekali. Memakai celana belel sobek-sobek itulah kebanggaannya. Belum dikomentari, udah mengklaim : ”Keren khan suami lo ini?”

Menjadi istrinya bikin hati nelangsa selalu. Gimana enggak, setiap ngobrol ribut memulu. Katanya saya istri tak perhatian, menelantarkan dia. Trus  seenaknya patah hati pake acara nyanyi-nyanyi lagu BIP yag judulnya ”Sendiri”.  Dan pergi dari rumah dua bulan.

Pernah dia marah besar dan pergi tanpa khabar. No calling, No Dating, No sms. Gue sedih banget, sudah sengungukan saban malem dikamar. Kirain cerai. Eh…, tiba-tiba dia pulang kerumah tanpa say Assalamualaikum trus bilang : “I Miss You, hon…, Really Miss u…
“Gedubrakkk!!!!

Menikah denganya nggak ada bedanya dengan menikah sama batu atau besi. Tanpa kata, tanpa suara. Tiap hari “menjadi patung”. Beduan berjam-jam. Cuma segitu doang. Yang takut nanti  kalau disentuh, tiba-tiba meledak, “guaaar!
Btw, sudah setahun kita begini. Kalau dibandingkan dengan pola pernikahan temen-temen gue, gue termasuk yang kurang beruntung. Gue kadang ngiri liat mereka yang bisa mesra-mesraan selalu sama suaminya. Komunikasinya jalan. Suami mereka juga nggak “Anti Mall” , padahal mereka juga anak Mapala. Celana suaminya temen-temen gue juga sobek-sobek sih…, terkadang. Tapi nggak dekil, ada bekas strikaannya minimal. Harum-harum..
“Lha gue……?
Si semprul itu bentuk rupanya.
Tapi biar begitu, gue cinta sama Toyib. Suamiku satu-satunya itu. Pria tampan Satu-satunya diplanet ini. Gue nggak sekedar cinta, tapi cinta buanget. Banget-banget. Gue cinta mati man! Cinta mati! karena gue yakin, gue pasti merana kalau pisah dari dia. Sudah terbukti dan sering terjadi. Gue nggak tahan. Dibalik sikapnya yang dingin, cuek, dan serampangan itu. Dia menyimpan kekuatan yang besar, yang mampu menarik hati gue untuk terus mencintainya. Ah, toyib. Toyibku.

***

Aku rapat redaksi di LMP. Suara Pimpred membahana diruangan 10 x 5 meter itu. Semua pengurus duduk lesehan berkonsentrasi mendengarkan. Pintu sengaja nggak ditutup. Kondisinya memang selalu terbuka. Seluruh peserta memandang kedepan. Tiba-tiba seseorang masuk tanpa permisi.
“Ada Alin?”
                   …  ?
Mahkluk itu bertampang seram, jenggotan, rambut goundroung, kaos seupil, celana sobek seadanya, sepatu Boot jelek itu….
Dia datang maN!  “Mr.T”
“Oh tuhan….., mau dikemanakan wajahku yang Cuma satu-satunya ini.

****

“Kamu ikut aku besok!   
“Ikut Kemana???
“Ikut aja, bawa ranselmu!
“Nggak ah, nanti mau dibawa lari!”
“Hei, kamu itu istriku, pasti kujaga!
“Nggak percaya, week!
“Kumakan kau!
“Makan, kalau kau berani!?
Toyib merentangkan tanganya ke arah Alin… “Hiaaaaaah………..!!!!!
“Aaaaaaa…….., Alin berlari.

“Heh, aku serius ni…
“Emang aku becanda…???!!
“Iya, jadi kesimpulannya besok “Yu …Follow I. Titik.
“Enak aja….., gue nggak mau, gue nggak bisa, TITIK. PRINT!
“Hm…jadi kamu nggakmau ni? (Nadanya merendah)
“Anu…, Aku….(Belum selesai ngomong…)
“Aku pergi sendiri. (Toy ketok palu dan langsung meninggalkan Alin yang belum selesai bicara, ia merajuk)
“Hei!!! Bukan begitu…, Aku…, Anu….
“Masss!!!! Tunggu….
Toy sudah hilang ditelan tiang dan tembok kampus yang begitu ramai.
Alina merasa bersalah.
….
Tapi sementara itu, Toy ternyata masih nyempil dibalik seupil tiang, sambil jongkok. Ia bahagia menatap dari jauh istrinya gelisah dalam penyesalannya. “He…he…he… “Alin… Alin… kau tampak manis sedang bingung begitu.
“Hei !!! Ngapaiiin….? (ucap  Alin manja setelah mencetok kepala suaminya Pake pentungan busa, yang suaminya hadiahkan dalam rangka ultahnya sebulan yang lalu)
Toy yang tak tau kehadiran Alin yang tiba-tiba, jadi gelagapan diantara senyumannya yang belum selesai.
Setelah proses loby tingkat tinggi. Akhirnya sepasang suami istri itu sepakat pergi bersama ke suatu tempat entah dimana yang sudah dirancang Toy suaminya yang jelek. Tapi itu setelah Toy membalas untuk menimpuk balik istrinya pakai Pentungan busa yang serupa bentuknya, yaitu miliknya. Toy dendam. Memang Toy membeli Pentungan itu  sepasang untuk mereka berdua. Alin tak pernah tahu.

****
Pagi di bulan Agustus itu begitu cerah dan sejuk. Dua orang anak manusia berjalan beriringan menyusuri jalan setapak yang sepi. Dari kejauhan terlihat Puncak Gunung yang menjulang tertutup awan. Bila diamati dari kejauhan, tampak ada keganjilan diantara dua manusia ini. Yang satu membawa Carieer besar ukuran 120 liter  dipunggungnya dan berjalan terseok meski terlihat dimacho-macho kan. Yang satu lagi, santai dengan ransel seupil ukuran tas kosmetik. Mereka terus berjalan selama beberapa waktu hingga sampai pada sebuah Telaga. Telaga itu berwarna Biru.

 “Waaaaaaaahhh……..!!!! ucap Alin Uforia, menatap indahnya panorama sekitar Gn. Gede.
“Gede Pangrango ternyata indah ya…., ada danau-danau.
Seperti biasa Toy hanya menatapi ocehan istrinya itu. Ia terus berkonsentrasi dengan langkahnya dan mempertahankan keseimbangan Cariier dipunggungnya yang terasa semakin berat.
“Terus jalan! “Kita tidak akan berhenti disini.
“Yaaa…., aku khan mau foto-foto disini. Stop dulu  mas!
 “Toy, telaga itu tadi apa namanya? Indah ya? Sayang.. kita nggak mampir. Aku khan pengen berenang.
 “Cerewet amat sih! “Cepetan ah…!!! Toyib menarik tangan istrinya.
  Alin akhirnya menurut. Tetapi Alin berjalan sangat pelan. Ia sengaja memperlambat langkahnya untuk menikmati alam.
 Mereka berjalan sekitar 2 Kilometer lagi, arloji ditangan Alin sudah menunjukkan pukul 13 siang. Mereka terus berjalan perlahan sampai bertemu dengan Air terjun yang indah. Air terjun itu mempunyai ketinggiannya sekitar 50 meter. Di sekitar air terjun tersebut terdapat sejenis lumut merah.

“Waaaahhhh! Komplek Gede Pangrango ternyata indah ya…., ada danau, ada air terjun, ada bulatan, tinggi, dan jenggotan! ”. milip seseolang. Ucap Alin meledek seseolang yang bersamanya.
Toyib malas berkomentar, ia diam saja.  Ada saja yang dibicarakan wanita satu ini diperjalanan, pikirnya. Alin tak sadar suaminya kelelahan. Ia hanya sibuk berkomentar, melihat panorama alam, dan berjalan sangat pelan. Ia lupa Toy belum sedikitpun beristirahat. Toy memilih berkonsentrasi dengan langkahnya yang mulai tak seimbang. Dalam hatinya Toy tak yakin akan sampai dipuncak sebelum malam datang, jika Alin melangkah gontai seperti itu. Sedikit-dikit bertanya, sedikit-dikit berhenti. Makan cokelat, makan permen….. Bawa istri naik gunung memang merepotkan.

“Maasssssssssssssssss…., Alin merengek karena tak diperhatikan.
“Gede Pangrango ternyata indah ya…., ada danau, ada air terjun, ada bulatan, tinggi, dan jenggotan! ”. milip seseolang. Ucap Alin meledek suaminya untuk yang ketiga kalinya.
Sebenarnya Toyib tetap malas berkomentar, inginnya ia diam saja. Tapi kesabarannya hilang.
“Ini hutan bu, kau istriku dan kita hanya berdua. Kau diam atau kau kuselesaikan !!

 Mendengar itu, Alin merengek dan memukul-mukul toyib dengan jengkel.
 Kali ini pakai nesting.
Kontan saja Toyib pingsan. Jatuh tersungkur bersama Carieer besar dipunggungnya.
“Toy…., Toy….,…Toy kenapa?
“Bangun Toy!!
“Toy JELEK!!! BANGUN!
“Cepet bangun atau kutimpuk nesting lagi!
“Toy, jangan becanda Toy…
Toy tak bergerak.
Alin  memukul-mukul keras dadanya. Toy tetap tak bergerak.
Alin  mulai diam. Selama beberapa menit suasana hening.
“Toy…Toy…., Bangun! sekali lagi Alin menggoyang-goyangkan tubuh Toyib.
Toyib tetap tak bergerak.
Alin mulai terisak.
Waktu terus berlalu, tapi Toyib tak juga sadar
Air mata Alin jatuh berhamburan.
Sementara itu, jingga di cakrawala mulai pudar tertutup malam.

*****
Berlahan-lahan langit mulai hitam.
Sambil terisak Alin membuka ranselnya dan mengeluarkan senter. Alin mencoba menyalakannya, tapi senter itu nggak mau nyala. Isaknya semakin menjadi.
Dalam kebingungan, Alin meraup-raup isi ranselnya, mencari-cari lilin. Tapi lilin itu entah nyempil dimana. Tak juga ada.
“Toy…, lilin tadi Toy taruh di..ma..na? Alin masih terisak.
“Alin cari lilin Toy. “Toy…bangun…!
“Hiks…hiks…hiks….
Air mata itu semakin deras mengalir.
Alin menatap bibir suaminya yang terlihat memucat. Disentuhnya. Dingin. Isaknya tertahan sebentar…..,  kemudian pecah.
“Toyyyyyy!!!!!!
 Alin memeluk suaminya erat-erat.


****
Malam semakin gelap.
Alina duduk tercenung sambil sengungukan. Ia kembali meraup-raup isi ransel itu. Memasukkan tangannya kedalam ransel, paling dalam…
“Ini…dia!!!
“Toy…, lilinnya temu, Toy… ucap bibir yang masih terisak itu…
…?
“Korek?
“Korek,  Mana korek??
“Korek mana, mana korek…
“Cari…, cari korek….
“Nggak ada.
“Korek nggak ada…
“Toyyyy…, korek nggak ada Toyyy….
Alina mendesah dan mulai terisak lagi. Kali ini ia benar-benar putus asa. Alina mulai hampa.
Wanita itu kini menangis sejadi-jadinya.
“Korek anggak ada..
“Toyib Mati….
“Uhu…hu….hu…, Toyib Mati…
“Uuu….hu…hu…, tangisan itu semakin menjadi..
“TOLONGGGG!!!!!!!!  Toyib mati!!!!!!!
Jeritan Alina memecah angkasa.
“TOLONGGGGG!!!!!  TOLONGGGGG!!!!! TOLONGGGGG!!!!!
“hu….hu….hu….
“TOLONGGGGG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!  Alina menjerit sekeras-kerasnya.
“Hei! Hei! Hei! ngapaian Bu…, teriak-teriak???!!
“Diam! “Ayo cepat diam! Nanti dikira orang aku mati beneran..
Toy tiba-tiba bangun memeluk Alina. Alina terkejut.
“Hu…hu…hu….masih sambil menangis, Alina menatap wajah yang tiba-tiba bangun sambil tersenyum itu.
“Kau bercanda Toy…?
“He…he…he….Toyib ketawa cengengesan.

“Becanda…?
“Beginikah cara kau bercanda??? Hati Alina membara bagai api…ia menatap wajah lelaki itu, kali ini dengan kebencian.
“Lho, kok malah marah sih! “maaf…maaf…, aku minta maaf. Lagian kok kau tak tau sih aku Cuma becanda, aku khan pencinta alam, tak mungkin aku pingsan segitu aja. Tak semudah itu.. bu!
“Hu…hu…hu….isak Alina tak kunjung reda.
“Hei…, jangan menangis terus begitu, jelek tau!!
“KAU YANG JELEK !!!!!! “Hu…hu…hu…..aku khan khawatir.
“Iya…Alinaku, aku minta maaf. Sekarang udahan nangisnya, bosan ni.
“Nggak!!!!!

“Jadi kau mau nangis terus begitu?
“Ya sudah,  nangis sana sepuasnya,  aku mau mati lagi saja.
“Hei..JELEK! Aku nangis kau malah begitu.
“Habis kau nangis terus sih, aku khan sudah minta maaf.
“Aku mau diam, tapi jangan kau ulangi lagi, janji?!
“Iya sayang…, aku janji.
“Nah, sekarang coba minggir sedikit aku mau buat api…
“Eh bu, Khabarnya tadi ada orang nggak punya korek ya?  Ada lho, tadi orang yang teriak-teriak gara-gara nggak temu korek. Toy menggoda istrinya.
“Kau ini Mas…., selalu saja menyebalkan. Awas ya…, sampai kota nanti, kubalas kau!


***
Hanya dalam hitungan menit… pepohonan dan semak belukar pada ketinggian 2.220 mdpl itu tersirami cahaya yang temaram. Alina rapat dalam pelukan suaminya, menatap kearah bara api. Dilangit bintang bersinar menyirami malam. Sementara Toy sedang menimbang-nimbang berapa jarak lagi yang harus mereka tempuh untuk sampai kepuncak.
“Tadi waktu aku mati, kau menangis keras sekali,  apa benar kau sedih begitu kalau aku benar-benar mati, Alina?
“Huh!!!  Maaf saja ya, kalau kau mati aku bahagia. Week!
“Tadi itu aku khilaf.ngapain juga nangisin orang jelek sepertimu.
“Kau serius?
“OHO!!! Iya dong, serius banget!
“Janji nggak sedih? Janji Ya?
“e…, lho kok ngomongnya malah soal itu sih, udahan ah.”Makan yuk!
“Tunggu Alina!
“Janji nggak sedih?
“Nggak!!!
‘Kalau begitu aku bisa tenang.
“Toyib! Alina langsung berhamburan kedada Toyib. “Jangan bicara seperti itu lagi. Sudah. Cukup. Aku tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalau kau mati. Aku pasti sedih, sedih sekali. Mungkin aku menyusulmu. Pokoknya kamu nggak boleh mati. Kalau kau mati kita cerai saja!
“Lho kok gitu?

***

Setelah makan Mie Instan dan telur rebus bedua dari dalam nesting yang sebenarnya hanya mampu menampung porsi makan Toy sendirian. Mereka lanjutkan dengan minum Energen. Demi  istrinya, malam itu Toy rela mensortir dulu porsi makannya.

“Sayang…udahan yuk makannya. Kamu istirahat dulu malam ini. Besok pagi-pagi kita muncak.
“Aku tidur dimana?
“Ya disini. Keluarin Sleeping Bagnya satu, yang ada diranselmu. Trus digelar. Kita nggak bisa bangun tenda, karena tanahnya nggak datar. Nanti pas di puncak aja kita pasang tenda. Lagian cuaca cerah malam ini, banyak bintang, biasanya nggak turun hujan.
“oo gitu. “Trus kamu tidur dimana?
“Aku nggak tidur malam ini. Aku jaga. Malem besok gantian, kamu yang jaga.
“Hu…enak aja, aku khan cewek!
“Emang kenapa kalo cewek, mau enak-enakan aja?
“Ini hutan neng, bukan Mall, apalagi rumah, hukum rimba berlaku.
‘Kok kamu ngomongnya gitu sih. Kita khan Cuma bedua disini, kamu kok malah ngajakin aku ribut gini. Aku pulang aja besok!
“Pulang? Besok? Sekarang aja kalau kamu mau pulang!!!
Alina tersentak, ia tak menyangka Toy akan berkata seperti itu. Ternyata Toy tidak Cuma kejam, tapi sangat kejam. Alina merasa Toy lelaki paling berengsek malam itu.
Alina mulai terisak.
‘NANGIS!!! NANGIS LAGI!!!!!!!  Toy berteriak.
Ini.. ni..cewek, bisanya Cuma nangis. Nangis aja!
“Hu..hu…hu…Alina terus terisak dalam gelap.
“Mengapa kau ajak aku dalam perjalanan ini. Sudah kubilang aku ini Cuma ibu rumahan, nggak ngerti hutan. Nggak ngerti petualangan. Aku tahu kau mau membuat aku jadi wanita tangguh seperti istrinya  teman-temanmu yang kuat, yang bisa diajak dalam segala situasi. Yang tidak manja…
Mungkin aku memang bukan wanita yang pantas  untukmu, mungkin kau salah menikahiku. Sepulang ini kau boleh mencari wanita lain yang lebih baik, yang kau suka. Aku memang hanya seorang ibu2 konyol yang mau ikut-ikutan tau gunung. Kau nggak usah khawatir, besok aku pulang…
Sejenak suasana hening.

Toy tak mengira Alina bicara serius soal pulang, ia yang awalnya bercanda jadi marah betulan.
Toy berdiri Setelah menghamburkan tumpukan peralatan masak dan logistik dengan tangannya hingga menimbulkan suara yang keras. ia mulai melangkah meninggalkan Alina  yang masih sengungukan.
‘Mau kemana? Alina terisak.
“Pergi!
Toy kemudian menghilang ditelan gelap malam.


***

Satu jam berlalu. Toyib tak juga kembali.
Alina terus menangis, ya menangisi nasibnya malam ini, ya mengkhawatirkan Toy yang tak kunjung pulang. Ia jadi benar-benar frustasi. Diam membeku seperti mau mati.
Meskipun Toy anak Mapala yang mengenal rimba ini, bahkan sangat mengenal sekalipun, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya menjelajah, khan bisa saja dia terkilir atau diserang hewan liar. Alina hanyut dalam pikirannya sendiri. Kemudian dia terisak lagi. Tak berapa lama Alina tertidur, Bintang dilangit gemerlapan, daun-daun pohon borgoyang tertiup angin.
“Whussss!!!


****
Lelaki itu muncul dengan tiba-tiba dari balik pohon yang bersemak tinggi. Ia berjalan perlahan kearah Alina. Ia membawa sesuatu ditangannya. Sebongkah benda bulat panjang besar.
Wajah Alina tampak muram dalam tidur yang dibasahi air mata. Matanya tertutup rapat. Ia kelihatan sangat kelelahan Setelah isakan yang begitu panjang.
Lelaki itu menghampiri Alina lebih dekat, menyentuh rambutnya, membelai Alina dan mengecup kening Alina dalam. Maafkan aku sayang…., Toy kemudian tertidur disisi Alina dengan sebuah pelukan untuk Alina.
Udara pagi berhembus segar. Matahari mulai terbit, embun pagi membasahi dedaunan.
“Uahhh…!!!
“Hei, ngapain Yu peluk-peluk I  ?!!
“Toy terbangun, matanya terbuka tidak sempurna, menatap pagi sejenak. Lalu menutup mata lagi. Ia tak peduli dengan ocehan istrinya, malah cuek memeluk Alina lebih erat.
“Hei LEPASKAN!!!!!
“Cerewet!  (tetap saja pelukan itu tidak dilepaskannya)
‘Kau semalam meninggalkanku…
“Terserah kau! Pokoknya pagi ini aku sayang kau!
Alina Cuma bisa diam. Sebenarnya ia juga nyaman dipeluk begitu.

***
Matahari mulai tinggi ketika dua insan itu membantai mie instan. Dua insan yang kalau siang rukun, malem berantem.

“Bener deh, kalau nanti Yu gitu lagi, aku pulang!
“…

FIN



*Cerpen ini ditulis 2 tahun yang lalu, waktu penulis masih duduk di bangku kuliah