Kamis, 29 Desember 2011

LIPSTIK JODOH

Oleh. Ayurisya Dominata

“Kamu pake Lipstik lagi ya??   Mb Linda berkata tiba-tiba sambil menatapku
“he’..(cengar cengir)
“Eh tahu nggak, Aku tu nggak suka kalau lihat kamu pake Lipstik kekantor! “Kamu tu udah cantik, wajah kamu tu udah putih, kamu tambahin bedak lagi tambah putih, apalagi kamu pakaiin Lipstik tu kelihatan banget!!
“Kenapa sih Mbak…. tu Mbak Patmi pake juga kok nggak dimarahin, Marahin juga tuh Mb Patmi!
“Patmi itu lain, bibirnya itu emang cocok  dipakein Lipstik, bibirnya tu item..
“Iya Mb…, Aku tu cuma buat pemanis aja sebenernya. Aku juga udah lama banget nggak pernah pake lipstik lagi,  udah dua tahun kali, justru  semenjak disini ini Aku mulai pake lagi, ketularan kalian!
“Tu kan kamu nyalahin kita lagi, kamu pernah nggak lihat Aku pake lipstik ke kantor?
“Iya ya..betul juga ya  Mb linda nggak pernah pake lipstik ke kantor…(mikir)
“Nggak kan???  Cuma buat kondangan aja Ay Aku pakai lipstik..lain kalau pakai Lipglose, Cuma cairan-cairan aja nggak keliatan, ya nggak papa!
“Iya iya mb!
“Inget ya Aku udah dua kali ngomong, ntar kamu pake lagi, dikemanain aja ilmu tarbiyahnya selama ini?
“Deg! sebuah besi menyodok dadaku..

***

Pagi yang cerah….
“Nanananana….
“Ah senangnya sudah mandi, horeee…hari ini ke Jakarta, makan-makan, asyikkkk!!
“Hm…cuci muka udah, wudhu udah, selanjutnya,  kaca  kaca!
“Aduuh siapa pula depan cermin iniii manis banget siiih…
Alas bedak, poletin poletin poletin, poletin lagi muter muter sampe dua belas kali, selesai.
Bedak, puk puk puk, puk puk puk, selesai.
“Hm…apa lagi ya?
‘Eit… ini apa ya kecil kecil, Mb Patmiiiii ini apa ya dalam keranjang bedak kecil kecil warna Pink? Oiya ya…Mb Patmi kan udah berangkat, ngomong sendiri  ya neng…
“Hm…cantik juga ya? Wuw  ada kuasnya, keren banget ni Lipstik.
“Hm..pake nggak ya…..Kasih tahu nggak ya….
“Udah ah pakai aja.
Poletin poletin poletin, poletin…poletin…kanan kiri - kanan kiri, kiri dikit lagi, kanan dikit lagi.
Kanan – kiri. Selesai. (Parkir kali kanan – kiri)

Di kantor…

Kurapatkan jempol ke mesin persegi empat berlampu hijau,
Kemudian mesin itu teriak “Thank you!   artinya aku boleh mulai melangkah menuju ruanganku
Untung saja mesin itu tidak bandel. Jika saja dia bilang “Try again…maka repotlah urusan hari ini.
Ada kalanya mesin itu merajuk dan terus berkata “Try again..Try again…sampai dua belas kali..kalau saja aku yang dia perlakukan seperti itu kupecahkan mesin brengsek itu.Kutarik kabelnya dan kusangkutkan diatas pohon. Tapi Alhamdulillah tidak. Alhamdulillah selama aku jadi pegawai disini belum pernah ia melakukan hal itu padaku. Entah mengapa mesin itu tidak pernah bermasalah denganku. Sepertinya ia setia padaku. Menurut sekali dia, atau mungkin dia takut. Karena tahu aku petugas administrasi yang tiap akhir bulan membedah isinya. Mengeluarkan isi perutnya yang penuh. Coba bayangkan jika isi perutnya tidak aku dan Diki keluarkan. Mau jadi apa dia hidup dengan perut buncit begitu. Jelek tahu.

Mungkin dia tahu mana majikannya mana bukan. Atau juga mungkin dia tahu mana pegawai yang cantik mana yang tidak. Ini cuma perkiraanku. Jangan mudah protes begitu.  Berbeda dengan beberapa pegawai disini yang sering bermasalah dengannya. Beberapa pegawai sering tiba-tiba datang keruangan dan berkeluh kesah dengan perilaku buruk mesin itu, mereka curhat telah mengalami  disharmonisasi  hubungan dengannya.  Mereka mengaku diperlakukan dengan buruk oleh mesin itu dan menuntut agar mesin itu dibawa kerumah sakit jiwa, dimana dokternya adalah Diki. Bukan aku. Kalau aku mah cuma urusan bedah membedah dan merusakkannya atau menghancurkannya.

***

Sebenarnya aku tidak terlalu suka menggunakan lipstik. Sangat sangat bukan diriku. Aku adalah wanita sederhana yang suka apa adanya. Biasa saja dan malas dandan. Aku mempunyai empat saudara dan semuanya laki-laki. Jadi adalah tidak benar jika dikatakan aku penganut paham dandanisme. Bukan gue banget.  Maka adalah kesalahan besar jika ada yang mengira aku kecentilan dengan lipstik ni. Tidak. Aku cuma sedang ingin saja. Selesai.

Aku juga tidak tahu mengapa beberapa hari ini aku senang sekali menggunakan lipstik. Sedang jatuh cintakah? Mungkin juga. Ah jijik aku memikirkannya. Seperti yang selalu dikatakan Mbak Linda dan Mbak Patmi untuk menginfotaimentkan dosa-dosaku. Oke oke mungkin aku sedang jatuh cinta. Tapi kalaupun aku jatuh cinta itu urusan lain. Lipstik dan jatuh cinta adalah dua hal yang berbeda, tidak ada korelasinya dan tidak boleh ditarik benang merahnya. hehehe

 Tidak tidak….bukan itu alasan yang  sesungguhnya. Aku cuma sedang ingin. Boleh kan. Sebagai wanita aku juga ingin sesekali terlihat cantik. Tidak tiap hari, sesekali saja. Kadang disaat sisi feminitasku tiba-tiba muncul aku membutuhkan sarana pelampiasan. Dan lipstik adalah pelampiasan yang sangat feminin menurutku. Wanita mana didunia ini yang tidak terusik rasa feminitasnya jika sudah tersentuh lipstik. Memakainya semua wanita akan merasa seperti bidadari. Walaupun hanya sesaat. Walaupun itu palsu. Ingin terlihat cantik adalah fitrah setiap wanita dan lipstik adalah salah satu sarana mencapai “feel” itu. Seperti  laki-laki misalnya dengan merokok. Maka untuk perempuan adalah dengan ber lipstik ria.

Tapi seperti halnya merokok yang bisa menyebabkan pelakunya turun nilai pada standar nilai tertentu. Demikian pula kalau wanita dengan berlipstik juga bisa menurunkan nilainya pada standar tertentu. Terkhusus untuk ikhwah tarbiyah. Maka pada hari ini ketika aku mengenakan lipstik aku seolah telah melakukan suatu dosa besar. Dan aku harus menghadapi sangsinya yaitu mentraktir mereka kakak kakakku temen satu kos yang sebenarnya kalau mau ditelisik kecentilannya tidak jauh berbeda dengan yang kulakukan. Belum tau saja. Hanya saja mereka pandai menyembunyikannya sehingga tidak terlihat gamblang seperti yang kulakukan.

Soal memakai lipstik misalnya. Kuingat hanya dua kali dalam satu tahun ini aku mengenakannya, itupun langsung kena omel habis-habisan. Padahal persoalannya sebenarnya cuma lantaran kebetulan aku sial salah memilih warna jadinya dikantor aku terlihat sekali mencolok. Sementara mereka, dua ibu-ibu itu, hampir setiap hari mengenakannya tapi mereka pandai memilih warna yang teduh seperti warna bibirnya jadinya tidak kelihatan.  Lipglose apalah mereka menyebutnya, padahal itukan sama saja. Tapi siapa yang peduli, akhirnya siapa yang terlihat berdosa paling besar. Aku kan? Ah dasar mereka para nenek lampir. Lariiiii…


Lama aku tidak menyentuh lagi lipstik sialan itu. Sampai hari rabu kemarin. Ketika tiba-tiba Mbak Avi istri Pak Adi peneliti senior Lab Biologi Molekuler datang keruanganku membawa sebuah Lipstik cantik tak alang kepalang yang datang dari Filipina. Lipstik itu oleh-oleh suaminya yang minggu lalu melakukan perjalanan dinas ke Filipina. Dia membawa banyak dan aku diberinya satu.

Oke kutimbang-timbang apakah aku akan memakainya atau tidak. Berbahayakah jika kupakai hari ini. Ah tidak tidak. Tidak akan kulewatkan maksudnya. Hehehehe. Lipstik ini terlalu cantik untuk kuanggurin begitu saja di kotak kosmetikku yang tua itu. Dia harus kupakai. Jika tidak, tentu Mbak Patmi atau Mbak Linda yang akan menjarahnya. Lihat saja gerak gerik mereka dari kemarin mulai ngintip-ngintip kotak kosmetikku, agak-agak bertanya dari mana asal lipstik itu. Bahkan Mbak Linda tanpa malu-malu senyum cengengesan memuji-muji merk lipstikku itu yang katanya sangat mahal harganya diluar negeri sana. Bahkan semalam sempat secara gamblang dia merayuku yang intinya ingin aku menyerahkan lipstik itu kepadanya. Apa-apaaan kau Mbak!!! Kau lupa omelanmu kepadaku beberapa hari lalu.  Seenaknya saja PE-DE-KA-TE dengan barang yang telah kumiliki. Sempat-sempat mencoba-coba berulang-ulang lagi sampai kuasnya melebar. Tak tentu lagi bentuknya. Brengsek kalian. Tidak. Tidak  akan kuberikan lipstik ini sampai mati! Meskipun mulut kalian memble-memble begitu. Aku mendapatkannya ini dengan susah payah, dengan keberuntunganku bukan gampang. Jadi rasakanlah nasib kalian. hahahaha

Oke akhirnya dengan diketahui mereka berdua aku memakai lipstik itu kekantor pagi ini. Tapi heran, kali ini mereka tidak memprotes, mereka diam saja mungkin mereka tidak mau menyalahkan karena kalau mereka jadi aku mereka juga akan menggunakannya. Atau memang karena warna lisptik ini tidak terlalu mencolok sehingga  tidak masalah bagi mereka. Terserah saja. Horeeee..

***
Dikantor…

Kami sampai dikantor pagi-pagi seperti biasa. Setelah melewati jalan belakang yang berbatu dan  berumput panjang. Melangkahi  pagar tua dengan rantai yang cukup merepotkan. Yang membuat kami  terpaksa harus menyingkapkan rok sedikit untuk melewati pagar sialan itu. Benar-benar pagar yang tidak islami. Dan sialnya tiap pagi kami harus bercengkrama dengannya. Kadang kuberfikir tempat bekerja macam apa ini. Hutan atau kantor. Atau sarang ular. Kantor kok sebegini kurang ajarnya.

Kami berpisah setelah melewati mesin absen. Aku melangkah menuju ruanganku yang tak jauh dari mesin absen itu berada. Cuma sekitar 7 meter, tinggal jalan lurus saja. Kubuka knop pintu seperti bisanya, ruangan kosong seperti  biasanya, akulah makhluk yang pertama datang juga seperti biasanya, kemudian kunyalakan lampu dan komputer seperti biasanya. Cuma satu yang tidak biasa. Aku memakai lipstik cantik dari Filipina hari ini. Oh indahnya jika mengingatnya. Cuma itu.

Oh tunggu, ternyata bukan cuma itu yang tidak biasa hari ini. Aku melihat sepucuk surat diatas mejaku.
“Kepada Yth Kepala Puslit Bioteknologi LIPI, Tembusan Staff Sub Bag Kepegawaian, Tim BPK RI akan melakukan pemeriksaan pada Senin, 27 Desember 2010”
Oh Nooooooo…kenapa surat ini bisa ada disini. Hari ini. Hari dimana mereka sudah akan datang. Kemana saja surat ini Jumat lalu. Kenapa kertas-kertas sialan ini suka muncul secara tiba-tiba dan menyusahkan yang membacanya. Tidaaaaaaak….(sambil lari berputar-putar)

Aku belum siap-siap bahkan tidak tahu apa yang akan mereka lakukan diruangan ini nanti. Bagaimana jika aku tidak bisa menjawab ketika mereka bertanya. Mana lagi bosku, yang tak lain Kepala Sub Bagian Kepegawaian diruangan ini sedang tugas belajar. Plh-nya cuti. Mampuslah aku sendirian. Ah aku ada ide, aku akan berpura-pura tidak tahu saja jika mereka bertanya. Aku akan pura-pura tidak mengerti.  Selesai. Lagipula aku kan anak baru dikantor ini. Jadi wajar saja jika aku tidak mengerti. Mau apa mereka terserah saja. Asal jangan memperkosaku. Bukan apa-apa aku kan baru memakai lipstik cantik hari ini jadi kan bisa saja mereka tergoda. Dari Filipina lagi lipstiknya.

***

Pukul 09.00..

Akhirnya tiba juga pasukan yang tidak dinantikan itu. Mereka dua orang, satunya pria gendut bertubuh pendek. Satunya tinggi besar dan ganteng. Ah sial, kok nggak ada yang bilang sih mereka ganteng. Halo halo…kalau begini caranya kan aku bisa mempersiapkan diri dan merapikan ruangan dulu dari tadi. Dan menambahkan sedikit lebih tebal lipstikku yang dari Filipina. Tapi sial mereka sudah datang, tak ada waktu lagi menghampiri kotak kosmetikku.

Ternyata kejadiannya tidak semenyeramkan yang kubayangkan. Mereka cuma cek-cek ombak sedikit, melihat-lihat berkas kepegawaian yang ada, kemudian pindah keruangan sebelah. Bagian umum. Hei tunggu,  kalian kok sebentar sih. Ingin kupanggil rasanya mereka, tapi tentu itu cuma dalam hati saja. Malu kali manggil-manggil emang kita cewe apaan. Apaan aja nggak punya cewek.  Bukan apa-apa sih sebenarnya aku cuma mau menanyakan soal nasib sahabat baik kami remunerasi. Kapan lembaga ini bisa mulai berjumpa dengannya. Tadi kalian pikir apa hah???  Lem mulut kalian..

***
Pukul 10.00..

Horeee…mereka sudah pergi dan aku bebaaaaaass!
Aku bisa mulai memperbaiki lipstikku sekarang. Bagaimana jika mereka balik lagi coba??? Atau bagaimana kalau ada pasukan gelombang kedua, trus melihat lipstikku comang cemong begini. Aku harus bagaimana coba??? Susah kan nanti…jadi oke aku akan memperbaikinya sekarang saja. Tapi tunggu, aku nggak “PW “ kalau diruang kantor begini.  Ini ruangan buat kerja buk. Emang tempat apa kalian pikir ini. Seenaknya mau menebalkan lipstik disini. Pergi sana. ..dasar  gila!

Sekejap aku telah berada diruangan 2x1 dengan cermin segi empat besar dihadapanku. Ah aku kadang bersyukur sekali ada cermin besar disini. Sangat melegakan. Seperti kebanyakan perasaan wanita berjilbab pada umumnya. Kaca adalah barang yang sangat urgent dan paling dicari. Suatu tempat akan dinilai baik dihati para akhwat  jika ada cerminnya. Begitu pula tempat wudhu dan masjid. Semakin besar cerminnya semakin baik. Semakin dicintai masjid itu oleh para akhwat. Kalian tahu betapa repotnya kami para akhwat tanpa cermin-cermin itu. Tak terbayangkan bagaimana kusut masainya jilbab ini tanpa kaca ditempat wudhu atau dimasjid-masjid. Kalau aku biasanya uring-uringan kalau selesai wudhu dan  mendapatkan musholanya tidak menyediakan cermin. Uh ingin kulempar pakai batu rasanya pengurus masjid sini. hehehe



Oke aku selesai membereskan jilbabku yang kulihat tidak ada cantik-cantiknya. Begitu saja. Membosankan. Dengan bros yang itu-itu saja kupakai dari Senin sampai Sabtu. Dengan lipatannya yang juga sama setiap hari. Ah tidak ada yang menarik. Yang menarik justru orang yang ada dibaliknya. Menarik banget kayak karet gelang.

***
Pukul 16.00

Aku pulang ke kos dengan tubuh lemah dan lunglai…badanku rasanya ingin patah mematah karena lelah..tapi tunggu, aku mau memeriksa lipstik cantikku apa khabar gerangan dia. Kubuka dompet kecil berwarna biru.
Apaaaa???? Kok tidak ada?? Kemana ya…
Aduh kok lipstiknya tidak ada. Bagaimana ini. Kuingat-ingat terakhir aku menggunakannya waktu di…
Di kamar mandiiiiii!!!!!
Ah kebiasaan. Aku selalu meninggalkan barang-barang dikamar mandi. Kemarin aku meninggalkan jam tanganku ditutupan toilet, sekarang lipstik pula, besok apa lagi. Soal jam tangan itu sungguh aku sangat bersyukur dia tidak hilang padahal sudah ditinggalkan semalaman. Sekarang lipstik lagi. Ampun nona kau memang perempuan gila, maaf aku harus mengatakannya.

Baik aku akan menelusurinya. Akan ku telepon Satpam kantor dan menanyakan keberadaannya.
“Halo Pak Satpam?
“Iya Mbak ini siapa?
“Saya Aya Pak, Kepegawaian…
“Oh Mbak Ay, ada apa mb???
“Ini Pak saya bisa minta tolong nggak… ada barang saya tinggal di kamar mandi, lipstik kecil, merknya  CLINIQUE, tadi pagi waktu kesana saya lupa nggak sengaja ketinggalan..
“Oh begitu, bentar  saya lihat…
“Halo..
“Halo maaf mbak sudah saya cek diseluruh mejanya, tidak ada mbak…
“Baiklah Pak, terima kasih..
***

Rabu, 28 Desember 2010

“Halo?
“Bisa bicara dengan ibu aya?
“Tunggu nanti saya panggilkan…
“Bu Aya bu Aya ini ada telepon….
“Siapa?
“Nggak tau bu laki-laki, katanya dari BPK?







“Halo?
“Halo?
“Ini Aya ya?
“Iya..
“Ini saya Said  yang kemarin datang kekantor..
“Iya kenapa Pak, ada yang bisa dibantu?
“Nggak ini bu, kemarin saya nemuin Lipstik dikamar kecil, saya nggak tahu itu punya siapa, awalnya saya mau serahkan ke Satpam, tapi karena keburu mau pulang jadi saya bawa aja?
“Oh iya Pak tulisannya CLINIQUE bukan? kalau Iya, betul  itu punya saya..
“Iya betul bu…
“Bagaimana ya saya mau menyerahkannya?
“Terserah saja kapan ada waktunya…
“Baiklah saya nanti kekantormu ya Senin depan..
“Baiklah…

***

Februari 2012

Daun kering jatuh diatas tanah yang basah selepas hujan pada malam…
Kerumunan orang hilir mudik memenuhi halaman sebuah rumah berpintu cokelat dan bercat putih

“Saya terima nikahnya Ayahandra Sulaiman Binti Sulaiman dengan mas kawin seperangkat alat kosmetik dibayar tunai” ucap Sahid Baitullah Al Amin dihadapan penghulu dan tamu undangan yang tersenyum bahagia.



Ayurisya Dominata, Cibinong Science Center LIPI Cibinong, 01 Januari 2011


Note : Cerita ini hanya fiksi semata, jika ada kesamaan cerita dan tokoh itu cuma akal-akalan penulis saja. Terima kasih.


Rabu, 28 Desember 2011

Pengalaman Belajar 3 Bulan yang Takkan Terlupakan di IALF Bali ...Alhamdulillah ..

                                   Foto bersama peserta Diklat EAP  Bali 2011

Secara umum kegiatan belajar mengajar yang saya rasakan selama 3 bulan di IALF Bali berjalan baik dan saya pribadi merasakannya sangat menarik.  Belum pernah saya merasakan sistem pembelajaran bahasa inggris yang  terstruktur, konferenhensif, dan padat seperti ini sebelumnya,  Saya pribadi  sudah sering mengikuti kursus bahasa inggris akademik seperti yang diselenggarakan Pusbindiklat LIPI dan Lembaga Bahasa UI, mereka semua baik tapi jika dibandingkan dengan pola  pengajaran di IALF Bali, jujur saya katakan IALF Bali jauh lebih baik. Baik dari segi materi, guru, fasilitas belajar maupun sistem pendidikan yang digunakan. Menurut saya IALF sangat professional. Terutama Kelas Ristek C (khususnya) karena kebetulan teacher kami yaitu Mr. Johan dan Des Kearney adalah sosok pengajar yang sangat berdedikasi, mereka benar-benar guru 100%. Mereka rela melakukan apa saja untuk meng - up grade kemampuan bahasa inggris kami. Saya selalu merasa tertantang dan termotivasi setiap hari. Mr. Johan memaksa kami bicara bahasa inggris dengan memberikan kami PR Speaking setiap minggu yang harus direkam menggunakan media perekam kemudian harus kami kumpulkan setiap hari Senin. PR ini juga dilengkapi dengan lembar skrip yang harus kami isi sesuai dengan yang kami ucapkan dalam rekaman dan sesuai topik kemudian akan dikoreksi oleh beliau setiap hari Senin untuk dikembalikan kembali dan diberi catatan kekurangan dan kelebihannya dimana. Menurut saya ini sangat2 menarik. Tidak hanya itu, untuk Writing, dia telah memberikan semua materi yang kami butuhkan dalam membuat tulisan ilmiah seperti bagaimana membaca dan menuliskan Grafik, Tabel, Flow Chart, dan mengajari kami cara mendeskripsikannya dalam bahasa inggris yang akademis dan ilmiah. Kami juga dilatih menulis essay berbahasa inggris dengan struktur kalimat yang benar dalam bahasa inggris dan kedalaman analisis, yang biasanya setiap pekan kami akan diuji menuliskannnya dalam waktu 20 menit tanpa melihat buku. Ini diperkuat Mr. Des Kearney yang terus menerus meningkatkan kemampuan menulis essay kami. Dan Des saya katakan tidak pernah jera mengajari kami, saya katakan dia orang Inggris yang pantang menyerah. Kadang-kadang ada satu hari kami merasa sulit sekali memahami materi, tapi itu bukan masalah baginya karena besoknya dia akan datang dengan solusi baru yang tidak pernah terduga sebelumnya. Dan Mr. Des ini saya katakan sangat Strick, really!. Dia sangat disiplin dan tidak pernah datang terlambat dan dia juga tidak mau kami terlambat. Dia sangat perhatian dan tahu kebiasaan setiap siswanya. Dia mengajar kami dengan menggunakan kursi berjalan dan mengelilingi kami setiap kami mengerjakan soal2, kami seperti anak di tangan Mr. Des karena setiap langkah perkembangan kami selalu diperhatikan olehnya. Maka saya katakan kolaborasi Mr. Des- Mr. Johan adalah kolaborasi yang sangat sempurna. Jujur saya katakan kemampuan bahasa inggris saya meningkat baru pada saat ditangan mereka. Ini komentar objektif dan jujur, dan saya tidak mengada-ada. Bahkan saya rela jika disuruh mengulang belajar lagi bersama mereka karena saya sangat menikmatinya, dan ucap terimakasih sebesar-besarnya saya berikan kepada Mr. Johan sosok yang sangat berdedikasi dalam mengajar dan low profile. Terimakasih. (Tapi saya tidak tahu  untuk kelas A dan B, karena bukan Mr. Des dan Mr. Johan yang mengajar, beberapa informasi yang saya dengar mereka agak kurang puas dengan pengajarnya).


Allah Maha Mempunyai Rencana

                                 Gedung Widya Sasana Sarwono LIPI Gatot Subroto  Jakarta
 

Aku duduk bersandar pada sebuah dinding dikoridor lantai 4  gedung yang bernama Widya Sasana Sarwono. Begitu orang-orang itu menyebutnya. Aku tidak duduk bersila, melainkan duduk sambil menekuk lutut. Agak aneh memang duduk jenis ini untuk perempuan sepertiku yang kudungnya jumbai, pakai rok, plus sepatu sandal butut tali temali yang talinya terlepas menggontel-gontel tak karuan dikiri kanan. Aku menyebutnya ini duduk keputusasaan. Tinggal diletakkan kepalaku didengkul dan tangganku memeluk lutut, cukuplah gayaku ini untuk dipanggil  wanita patah hati 10 tahun ditinggal  kekasih tak pulang-pulang. Hei, mana kameranya?
“””
Perasaanku memang kurang lebih sama  seperti kegelisahan wanita yang ditinggal kekasih tak pulang-pulang yang kusebutkan tadi. Gelisah  menghadapi Tes Akhir Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil. Hatiku galau, merasa gelisah dan dadaku berdebar kencang. Membuatku stress. Hm..apa ya kira-kira yang akan mereka tanyakan nanti, berhubung ini Institusi Penelitian aku menerka mungkin pertanyaannya akan begini :
“Heiiii kamuuuu, kenapa kamu bisa cantik begini, hah????!!!! Jawabbbb!!!!
atau
“Hei kau yang cantik disana kemariii!!! Sebutkan 25 hukum cantik mantik????
atau juga
“Tolong sebutkan 5 Metode Administrasi Kecantikan?
Ah tidak tidak….. mungkin begini yang betul :
“Baiklah kita mulai pertanyaan yang pertama, apa resep kecantikkanmu, bidadari?
%*%$@$%$^%^+(:”#$

***

Skripsiku yang berwarna pink ada disamping menemaniku. Kuletakkan saja ia dilantai, menemani sepatuku yang talinya menggontel gontel. Kubiarkan mereka mengobrol.  Skripsiku skripsiku, kau begitu lucu dan imut imut. Kupandangi ia sekali lagi. Sesekali kubuka, sesekali kututup lagi. Sebenarnya walaupun skripsiku ini T-O-P banget, imut dan lucu begitu. Diam-diam aku tidak terlalu memperdulikannya dalam tes ini.  Meskipun keberadaannya adalah syarat mutlak tes wawancara ini, namun bagiku tumpukan kertas bercover pink dan bertinta emas itu tidak terlalu penting, cuma tumpukan aksesoris yang bisa saja menipuku atau malah mencelakakanku saat  diuji nanti. Yang penting saat ini bagiku adalah isi kepala ini, bisa tidak ia digunakan nanti untuk menyiasati situasi jika aku ditelanjangi  habis-habisan  oleh tim penguji. Detik detik akhir penentuan hidupku.
***
Dikiri dan kanan kulihat orang-orang berkumpul, sama sepertiku mereka menunggu giliran  dipanggil untuk dites. Sebagian ada yang duduk lesehan dilantai seperti yang kulakukan memenuhi sepanjang koridor. Ada yang berdiri sambil bersandar pada dinding, ada yang berjalan lalu-lalang begitu gelisahnya seperti KRL Ekonomi Bogor-Jakarta. Bermacam rupa.
Posisi kami berbeda satu sama lain, tapi satu yang pasti, kami sama-sama resah. Dan untukku kali ini kuakui satu hal, aku merasa sangat gugup. Dan merasa tak yakin akan berhasil melewati seleksi akhir yang cukup menggelisahkan, yang tingkat kegelisahannya adalah gelisah level 20 sama seperti saat kita akan diperkenalkan dengan calon mertua.
***

Ciut nyaliku. Tapi kupasrahkan saja. Apapun hasilnya aku ikhlaskan. Aku sudah sering gambling begini dalam hidup. Kuingat ini sudah ketiga kalinya aku minggat dari kantor untuk mengikuti seleksi di Jakarta ini. Kuingat berita-beritaku berantakan dikantor tempat kerjaku yang lama. Kutinggalkan begitu saja.  Dan sebenarnya aku tidak mau terlalu terbawa aliran gugup dalam tes kali ini. Kusantai-santaikan saja semuanya. Kuhitung mungkin sudah 10 kali aku berada dalam situasi begini, salah satunya ujian kompre saat kuliah dulu, dan aku selalu memaksa pikiranku cuek. Tidak mau terlalu terbelenggu rasa ingin lulus, tidak ingin terlalu dalam jatuh cinta ibarat kekasih. 
Lagipula saat ini perutku lapar, mataku ngantuk setelah semalam tidur tak jelas di Lantai 8 Gedung ini bersama seorang Ukhti  peserta tes yang berasal dari Bandung. Jadi pikiranku juga tak jelas, antara ingin menjawab pertanyaan dan ingin request sepiring nasi. Perjalanan estafet dari Palembang-Jakarta tanpa mandi membuatku lengket. Lengket dan bau, itulah bekal tesku pagi ini.  Tanpa makan dengan tali sepatu putus memutus berseliweran dikiri kanan. Jelek sekali aku pagi ini. Tapi satu prinsipku dalam menghadapi apa saja, cobalah tidak takut menghadapi apa saja dalam berusaha, meskipun sebenarnya takut setengah mati dengan apa saja itu, paksakan hadapi  si Mr.apa saja itu, yang penting  berusaha dulu hadapi si apa saja apa dong itu, dan selesaikan. Begitu prinsip yang kupegang, hasilnya belakangan. Kukira malaikatpun tak tega melihat tekadku yang teramat bulat  ini jadinya turut mendoakan. Teramat bulad tekad ini seperti donat.
****
Aku masih duduk bersandar pada dinding. Kuperhatikan dikiri-kananku sosok-sosok manusia pandai lulusan terbaik universitas-universitas terkemuka dinegeri ini telah berkumpul. Mereka keren-keren, tampil rapi elegan, cantik mantik, ganteng ganting, dan yang lebih penting mereka adalah orang-orang pintar yang telah terseleksi dari Perguruan Tinggi seluruh Indonesia. Dengan IPK 3,5 keatas yang menciutkan nyali. Jika sudah begini tidak lagi bicara ranking kelas, tapi ranking dan akreditasi Universitas.  Sedang aku, entah mengapa aku bisa berada disini. Aku merasa sedikit aneh dengan diriku. Aku merasa agak kurang cocok berdiri bersama mereka disini, ditempat seleksi ini. Hanya mental keras sekeras batu karang kukira yang membuat aku bisa ikut berbaris bersama mereka dikoridor menunggu panggilan tes seleksi ini. Bukan apa-apa, lihat saja mereka begitu keren, parlente, dan cerdas tak terkira pastinya. Sedang aku, eahh.. sambil bibir agak dimemblekan sedikit jika ingin mengucapkannya.
***
Takdirlah yang membawaku ada bersama orang-orang ini, saat ini. Memang sih aku punya sedikit modal yaitu IPK yang jika mengingatnya “agak” membuatku sedikit berani berbaris bersama mereka disini. Tapi sekali lagi “agak” ya. Cuma agak. Masalahnya bapak-bapak ibu-ibu, mereka begitu teramat sangat dan sangat keren-keren, smart, and sexeehh, sambil agak mendesah mengucapkannya, dan yang paling penting untuk diingat adalah ini seleksi wawancara, bukan lagi tes tertulis, so good looking or not diri kita didepan penguji, dan atau like or dislike penguji kepada kita, paling menentukan hasil tes, tidak ada lagi yang lain. Bullshit kecerdasan kita, yang penting bagaimana penilaian mereka tentang cara kita bicara, penampilan kita, kesan pertama yang mereka tangkap, dan pandai tidaknya kita melakukan lip service itulah yang akan menentukan.
***
Aku masih duduk bersandar pada dinding, dengan gayaku yang selengean tentunya. Kutatap seorang perempuan bernama Rini disampingku, aku gugup. Ia begitu anggun, dengan dress terusan motif bunga-bunga teratai ungu selutut, membuatku tengsin. Apalah diriku jika dibandingkan dia, aku menatap diriku kemudian menatap dia, yeahh… lagi-lagi harus mendesah dengan bibir agak dimiringkan kesamping atau kebawah seperti yang tadi kusebutkan. Dia begitu cantik dan motoknya, sekali tatap, penguji pria bisa kesetanan langsung memberikan nilai 100+AAA. Sementara aku, badan kurus seupil begini, dengan mata panda berlingkaran hitam sisa semalam, belum makan pagi, belum mandi lagi dengan sepatu tali putus memutus. Akh, nggak recommended.
***
Tapi ya kuberani-beranikan saja. Aku heran dari mana datangnya kepercayaan diri ini. Seketika aku ingat  prinsipku, berani maju demi suksessss. Allahuakbarrr!!!  Kemari kau tes-tes sialan!!!!
***
Ada yang bilang kami ini bodoh. Yang ingin jadi PNS adalah kumpulan orang pengecut. PNS adalah profesi yang bagi sebagian orang cukup hina. Tidak keren, dan pilihan orang-orang oportunis alias  yang inginnya “keamanan” saja. Mungkin juga.  Dan mungkin, ini mungkin ya, akan ditertawakan dengan empuk bagi mereka yang benar-benar antipati atau idealis, atau apalah judulnya pokoknya benci PNS. Dan aku mendapati diriku berdiri disini, dan aku juga merasa lucu, lucu dengan diriku sendiri. Lucu dengan koar-koarku jaman kuliah dan akhirnya aku memilih jadi PNS juga. Entahlah.
***
            Sekumpulan tim penguji berjalan melewati kami. Mereka masuk ruangan, pintu ditutup, kemudian nama kami mulai dipanggil satu persatu.
30 menit berlalu, satu persatu teman-teman peserta tes yang ada disekitarku mulai dipanggil.  Aku masih diam menunggu dengan berdebar. Semakin lama waktu berlalu semakin berdebar dadaku. Jika tadi hanya dadaku, kini bibir dan lututku ikut bergetar. Aku sempat berbincang dengan teman-teman yang satu jurusan denganku. Mereka semua baik dan lembut. Namun tidak bisa kututupi bahwa aku gugup. Tidak bisa hatiku tenang meskipun aku telah berusaha menenang-nenangkannya.
Ya Allah aku sangat malu. Dan aku juga sangat-sangat tak yakin dengan diriku. Bagaimana mungkin aku bisa mengalahkan mereka semua. Tak mungkin.
***
Satu persatu teman-temanku selesai diwawancara. Hingga tinggal aku sendiri yang duduk dikoridor tempat kami tadi berkumpul. Aku berfikir kok aku belum dipanggil juga. Aku berjalan lurus menelusuri koridor. Kutemukan beberapa orang teman, kutanya, mengapa aku belum juga dipanggil, mereka mencoba menebak, dan berkata mungkin aku salah ruangan, tapi tidak ada yang bisa memastikan. Akhirnya kutemukan seorang bapak-bapak yang sepertinya panitia, kutanya.
“Pak dimana ruangan untuk ujian wawancara Puslit Bioteknologi?
“oh, disebelah sana neng…Ia menunjuk kearah utara berlawanan dengan tempat awal kumenunggu.

Aku berjalan kearah sebuah pintu dimana sejumlah laki-laki dan perempuan sudah berkumpul disana.

“eh anak-anak Administrasi Negara ya?
“Iyaaa… mereka menjawab serentak
Ah legaaa…tiba-tiba aku merasa senang telah menemukan komunitasku.  Degub jantungku yang berdebar sedikit reda.

“ayu!
“fitri!
“dhani sapta hudaya!
...

Kami berkenalan satu persatu. Usai berbincang sedikit, mba fitri yang lulusan Universitas Indonesia itu dipanggil masuk kedalam. Tinggal aku berdua Dhani yang tersisa.
“dari Universitas mana?
“Sriwijaya!
“Unsri?
“ya Unsri…. kamu?
“Unpad!
“ooo Sip.

Dhani tersenyum sebentar kemudian dia buru-buru masuk keruangan  karena namanya dipanggil tim penguji. Tak berapa lama semua kontestan yang berasal dari jurusanku keluar dari ruangan. Mereka semua selesai diwawancara. Hanya aku yang belum.  Sedikit resah mengapa aku lama sekali dipanggil.

‘Ayurisya Domianata!!!
“seorang petugas memanggil namaku kencang sekali membuat aku terperanjat dan bangun seketika dari dudukku yang  serampangan.
Kuangkat  skripsiku yang tergeletak dilantai kutantang tas dan aku masuk kedalam ruangan.
Jika ada perasaan yang sangat  aneh adalah perasaanku saat ini. Aku merasa takut sekaligus percaya diri, merasa  malu tapi juga merasa perlu membuktikan kemampuanku. Aku menunggu sekitar lima menit untuk kedua tim penguji itu membaca-baca biodata,  lampiran ijazah dan transkrip nilaiku yang ada digenggaman mereka.

Aku mencoba mengingat-ngingat apa saja yang pernah aku tuliskan disana. Apakah aku pernah menuliskan sesuatu yang berlebihan tidak ya. Aku takut  apa yang pernah kutuliskan di biodata itu akan mencelakakanku. Semoga saja tidak.

“A …yu Ris… ya Do Mi Na Ta…?  ujar penguji pria itu mengeja namaku
‘Ya pak! AYURISYA DOMINATA!!!  Jawabku tangkas.
Ia tersenyum melihat percaya diriku.
“Kamu dari Palembang ya?
 “Ya pak!
“Hm…pernah bekerja sebelumnnya?
“ya.
“Dimana, swasta?
“Ya staf redaksi koran lokal di Palembang..
“Oke ayu coba kamu ceritakan tentang dirimu dan keluargamu…
‘Saya anak kedua dari  lima bersaudara, perempuan sendiri, ibu saya sudah almarhum, ayah masih ada di Palembang, adik saya tiga orang dan kk satu, saya  pemberani, suka tantangan dan petualangan…
“hmm….kamu perempuan sendiri ya…, kk kamu sudah menikah?
“belum pak, dia masih kuliah.
“Oke ayu sekarang saya mau apakah kamu punya hobi? Apa hobi kamu?
“Hobi saya banyak pak, saya suka menulis, membaca dan travelling!!!
“oke..sekarang pertanyaan selanjutnya adalah…apa komentar kamu tentang terorisme?
“Terorisme adalah tindakan yang menyakiti Rasulullah karena pada kenyataannya Rasulullah sendiri tidak pernah mengajarkan berdakwah dengan kekerasan, justru dengan kelemah lembutanlah dia berhasil menundukkan hati banyak orang…, dilempar batu aja dia diam, diludahi saja dia diam!!! Jawabku berapi api..
“Oke…sekarang saya mau tahu, kamu kan nanti akan menjadi PNS, seandainya pimpinan kamu adalah seorang  beragama diluar islam apa yang akan kamu lakukan?
“Khalifah dalam islam haruslah muslim!
“Kalau tidak ada muslim?
“Wajib muslim, karena dalam islam pimpinan itu harus muslim!
“Bagaimana jika tidak ada muslim?
“Hm…apa ya pak, kalau saya usahakan muslim dulu, karena itu wajib pak  seperti tercantum dalam Al Quran! tapi jika ternyata tidak ada juga dan kondisi menyebabkan kita harus dipimpin non muslim, maka tanggapan saya adalah minimal dia tidak merintangi dan menghalangi kita untuk menjalankan setiap rincian  ibadah dan kepercayaan yang kita anut…
“Oke ayu, baiklah cukup dari saya…ibu Nur ada tambahan?
“baiklah ayu, saya mau menanyakan satu hal…apakah kamu sudah menikah?
“Belum bu.
“Apakah kamu berencana menikah dalam jangka waktu dekat ini?
“Ya bu jika bertemu jodohnya!
“Apa yang kamu lakukan jika suamimu jauh dari tempa kerja sekarang?
“Yak arena saya belum menikah, saya usahakan mencari jodoh yang dekat dengan tempat kerja saya sekarang bu..
“Baiklah, terimakasih. Cukup Pak Awan.
“Cukup.
“Baiklah ayu terimakasih, wawancaranya selesai, silahkan keluar, nantikan keputusannya di Intra LIPI besok.. ya berdoa saja semoga lulus, kita doakanlah kamu lulus, inyaallah…ujar ibu bersenyum manis itu mengakhiri prosesi wawancara ini.
“Iya bu terimakasih. Wassalamualaikum
“Waalaikumsalam, jawab mereka serentak!

***

“Huft..lega rasanya sudah wawancara. Baiklah ayu tenangkan hati, kalau rejeki tidak akan kemana-mana, jadi apapun hasilnya santai saja karena kau sudah berusaha.
Aku berjalan keluar ruangan, melintasi koridor dan bertemu Dhani didepan lift.


“Gimana selesai?
“Ya, kamu tadi gimana, ditanya apa saja?
“Ya..begitu-begitu saja, soal keluarga, jawabnya..
“Apakah kamu ditanya soal terorisme?
“Nggak? Emang kamu ditanya?
“Ya, kok kamu nggak ya, aku ditanya?
“Ya, suka-suka merekalah, tapi yah sama saja..
“Kamu pulang kemana?
“Ke Bogor nginep kos temen. Kamu?
“Aku pulang ke Bandung, seminggu lagi kan hasilnya?
“Ya. Eh kita itu yang diambil berapa orang sih?
“hm..berapa ya, dua kayaknya..
“OOo dari sisa 15 orang ini Cuma diambil 2???
“Ya, cuma 2, Biotek 1, BOK 1.
“Ya sedikit banget padahal sudah melewati ribuan orang. Hah pasti nggak enak banget kalau gagal diwawancara ini.
“Iya. Tapi tenang ajalah kalau rejeki  tak akan kemana.
“Iya ya, tapi saingannya banyak, mba yang dari UI tadi kayaknya pinter.
“Iya, ah nggak papa kita tunggu saja hasilnya seminggu lagi.
***


Seminggu kemudian

Perutku lapar. Aku  sering berpuasa beberapa hari ini. Uang sakuku  mulai terbatas. Aku berjalan keluar kos dengan gontai. Kususuri jalan yang padat dengan lalu lintas kendaraan. Aku menuju warnet diseberang jalan. Aku tidak terlalu bersemangat melihat pengumuman kali ini. Aku merasa lemah. Amat kecil kemungkinan aku lulus. Apalagi  jika kuingat jawabanku atas pertanyaan tim penguji yang cukup blak-blakkan. Dosen pernah murka padaku saat kuliah dulu. Namanya ibu Lili. Ah aku yakin nasibku akan berakhir sama seperti aku diperlakukan ibu Lili dulu.
Ku Klik Website LIPI di kolom Searching. Secepat kilat semua terbuka. Aku memilih Icon khusus untuk CPNS LIPI. Kubuka-buka. Yang utama tentu saja kolom peserta ujian lulus tahap akhir. Ah sudah ada disana rupanya daftar nama-nama yang lulus. Bimsilllahirahmanirahimmmm….
Kubaca didinding computer :

Peserta Lulus Tahap Akhir Tes CPNS LIPI 2010 Jurusan Ilmu Administrasi Negara
1.    Dhani Sapta Hudaya, S.IP  Biro Organisasi dan Kepegawaian
2.    Ayurisya Dominata, S.IP     Pusat Penelitian Bioteknologi

Kakiku lemas…nafasku seperti tercekat  karena tak percaya
Alhamdulillah….
Subhanallah…
Allahuakbarrr…
Ya Allah aku lulus! Terimakasih ya Allah.

***

Maka pelajaran yang kupetik dari kejadian ini adalah kepercayaan kepada kekuasaan ilahi dan keikhlasan kunci segalanya. Percaya dan yakinlah apapun bisa saja terjadi didunia ini. Pun ketika kita merasa sesuatu itu sangat tidak mungkin terjadi. Kuncinya ikhlas dan jangan berhenti berusaha. Aku melihat langit begitu biru siang ini. Walaupun perutku lapar dengan berdebar  dan  semangat  kuambil handphone dan kukhabarkan pada papa, yang sangat gembira mendengar khabar yang sangat2 mengejutkan baginya karena sedikitpun tidak pernah tahu aku mengikuti tes CPNS ini di Jakarta. Karena aku tidak pernah cerita dan meminta ongkospun tidak. Karena aku tak tega.

Ah Bapakku. Setahunya anak gadis manisnya sedang bekerja dengan tekun di Kota Pagaralam tak jauh dari Palembang. Ia tak pernah tahu anaknya yang bertekad baja telah ngelayap di Jakarta. Kemudia teman-teman dekat  kukabari. Begitu saja, tidak ada yang istimewa. Dan kalian tahu mereka ada yang bertanya. Berapa uang yang kukeluarkan untuk menembus tes ini?  Maka saat itu aku boleh sedikit berbangga karena dengan benar aku bisa berkata : tidak sepeserpun!

ya Allah aku tahu kau sedang berusaha menghiburku, supaya aku tidak bersedih lagi, supaya aku tidak menangis spt dulu lagi...kau memberi rasa ini supaya aku lupa kesedihan mendalam yang pernah kurasakan. Ya Allah begitu besar rahmat dan kasih sayangmu, namun aku sering tidak melihatnya dan sibuk dengan diriku sendiri..
ya Allah terimakasih. Alhamdulillah..Subhanallah…Allahuakbar!!!











Ekspedisi Air, Pantai Gili Mataram Lombok, November 2011

                                                  Pantai Gili, Mataram Lombok - November 2011

Rafting


Perahu

Perahu terapung apung dilautan
Perahu merindukan daratan
Daratan teduh tempat Ia menepi lalu diam
Menapaki pasir pasir halus pantainya yang putih
Kemudian bersandar pada pohonnya yang teduh
Menikmati hembusan anginnya yang menenangkan
Tempat Ia memainkan jangkar dan melemparkannya
Tempat mereka bersama membisu disaksikan malam
Tempat bulan dan bintang malu malu menyinari keduanya

Perahu berlayar terlalu lama
Berada ditengah samudera yang entah akan berakhir dimana
Lelah perahu mengapung hingga senja
Lelah layar berkibar hingga purnama
Perahu berharap ombak menariknya kedaratan
Biarlah Ia diombang ambing gelombang
Ditertawai burung, kepiting, dan ikan ikan
Akan diikutinya saja kemana arah gelombang
Yang akan membawanya kedaratan

Ia sudah lelah
Ia merindukan daratan

Ayurisya Dominata, Cibinong Science Center, Desember  2010